Ada kesibukan yang berbeda di minggu terakhir bagi anak - anak sekolah menengah atas , para siswa dan siswi mulai ribet dengan diri mereka sendiri atau beramai - ramai, entah mereka mempersiapkan diri dengan belajar bersama atau bergosip ria , yang pasti mereka sibuk . Ternyata mereka akan mengikuti Ujian Akhir Nasional yang menjadi syarat kelulusan siswa. Pemandangan akan kesibukan kesibukan menjelang UAN menjadi sebuah momentum buat saya untuk mengingat pada pengalaman saya dulu waktu sekolah.
Tetapi bukan pengalaman Ujian Akhir Nasional karena belum musim pada masa itu, melainkan kesulitan saya dalam menyelesaikan skripsi strata 1 ( satu satunya maksudnya).
Waktu yang saya butuhkan untuk menyelesaikan skripsi saya adalah 5 semester . bukan karena penelitian saya merupakan peneliatian yang oke secara keilmuan tetapi karena pemilihan topik penelitian yang kurang matang . Karena pada prosesnya penelitian saya mengalami banyak kendala , yakni tidak tersedianya data data yang saya butuhkan. Ada beberapa hal yang membuat skripsi saya tak ujung rampung , dan dibawah ini adalah pemaparannya :
1. Pemilihan topik penelitian yang tidak populer.
Mengapa memilih topik yang tidak populer ? bukan sengaja untuk biar keren , tapi lebih kepada kurang persiapan dan keterbatasan waktu. Jadi ada temen yang menyarankan , tanpa pikir panjang saya ambil. Tahapan pertama yakni pengujian topik menjadi skripsi bisa dilalui, tetapi pengembangannya menjadi sebuah skripsi banyak mengalami hambatan.
2. Pembimbing.
Saking lamanya saya menyelesaikan skripsi , pembimbing saya pun berganti 3 kali . Menurut saya pembimbing tidak memiliki peran yang substansial. Mereka membimbing karena dibayar selebihnya saya tidak melihat bahwa mereka bertanggung jawab terhadap selesai atau tidak skripsi kita, terlebih memperdulikan nasib kita setelah skripsi selesai. Skripsi dan isinya adalah mutlak urusan pembuatnya , fungsi pembimbing sebagai pengarah saja , dan bukan penentu. Mengapa ? kadang mereka tidak memahami kesulitan pembuat skripsi dan bahkan cenderung gak mau tahu. Pembimbing sering kali ngotot mempertahankan pendapat mereka , itu bukan berarti mereka lebih pintar tapi dikarenakan mereka lebih dari segi usia dan lebih dulu menjadi sarjana. Tugas pembimbing yang utama menurut saya adalah memberikan nilai yang baik pada saat pembuat skripsi menjalani sidang skripsi.
Fungsi sejatinya pembimbing memang mengarahkan dan membagi ilmu kepada saya sebagai pembuat skripsi tetapi bila fungsi itu sudah melenceng maka saya pun memilih jalan saya sendiri , ilmu-ilmu saya sendiri , yang penting skripsi saya bisa selesai tepat waktu. Mengapa saya berani berkata begitu ? Karena pembimbing saya hanya meyarankan perubahan yang sifatnya redaksional serta tata letak isi , misalkan pemakaian kata – kata ,judul yang sebaiknya digunakan, letak sub judul sebaiknya di bab sekian dan tidak ada saran yang sifatnya substansial atau material. Atau bahkan si pembimbing tidak membaca isi skripsi saya secara keseluruhan.
3. Materi
Data- data atau materi skripsi sering kali menjauh atau bersembunyi. Saya pun mengalami banyak kesulitan ketika mencari data-data penelitian skripsi saya, padahal sumber sumbernya sudah jelas. Dan sumber sumber yang jelas itu ternyata pada akhirnya tidak memberikan data sedikit pun pada saya. Semua data yang saya dapatkan adalah melalui studi literatur berupa buku-buku yang saya pinjam di sebuah lembaga penelitian swasta. Dan data penting yang dibutuhkan justru saya dapatkan di internet.
Data yang kita dapatkan bukanlah melulu data yang siap untuk kita gunakan seringkali data-data tersebut haruslah kita olah sedemikian rupa , sehingga dapat kita gunakan, ada teknik teknik pengolahan dan pencarian data tersendiri yang saya lakukan dalam penelitian skripsi saya. Dan saya juga tidak menutup kemungkinan untuk memodifikasi data , asalkan masih sesuai dengan kaidah dan aturan akademis. Seperti halnya emas , para penambang tidaklah langsung menemukan emas dalam bentuk batangan atau dalam bentuk perhiasan , mereka harus mengolahnya lebih lanjut dari temuan awal mereka yakni bijih bijih emas, dan memerlukan proses panjang sebelum bijij-bijih emas tersebut menjadi sebuah perhiasan.
4. Menerima semua masukan dan bantuan.
Bukan hanya sekali saya mengalami rasa frustasi dalam proses penyelesaian skripsi saya. Hal ini membuat sikap kita menjadi apatis dan menjadi yang paling tahu tentang skripsi saya. Padahal bila saja saya mau membagi kesulitan saya bukan tidak mungkin orang-orang atau teman-teman di sekitar saya dapat membantu. Bantuan yang paling berharga bagi saya dalam menyelesaikan skripsi saya , justru datang bukan dari pembimbing saya tetapi dari seorang dosen yang juga merupakan temen saya , Dosen ini baru pulang dari studinya diluar negeri dan dia banyak memberikan masukan , termasuk dalam hal pemodifikasian data- data yang saya punya menjadi sebuah data yang valid dan dapat digunakan. Memodifikasi data tidaklah sebuah tindakan yang buruk dan saya bukan plagiat . Dengan memodifikasi data saya pikir tidak mengurangi nilai gengsi dari sebuah skripsi yang seringkali kita perjuangkan. Dan bukan tidak mungkin kita mendapatkan ide-ide dari seorang pedagang teh botol di depan kampus , yang ternyata merupakan produk drop out dari sebuah universitas.
5. Gigih dan Semangat
Kegigihan dalam proses skripsi adalah syarat mutlak guna selesainya sebuah skripsi. Mengapa syarat mutlak ? Karena sudahlah jelas bagaimana mungkin bila saya tidak gigih pada akhirnya skripsi saya dapat selesai , sudah 4 semester skripsi saya berlalu tanpa kemajuan. Itu karena saya kurang gigih , apalagi semangat sama sekali tidak ada mungkin . Selalu ada jalan bila kita mau membuka jalan pikiran kita , dan mau selalu berusaha mencapai sebuah tujuan, yakni terselesaikannya sebuah skripsi. Kembali ke contoh di atas, bukankah seorang penambang emas memiliki kegigihan luar biasa sebelum penambang tersebut menemukan butiran yang dia inginkan ,yakni butiran emas . para penambang haruslah menggali , mengayak bongkahan-bongkahan galian di dalam sungai, dan semua itu membutuhkan proses yang cukup lama. Semangat serta curahan energi disertai keringat menghasilkan sebuah emas yang berkilau.
6. Doa.
Pencapaian Tujuan menurut saya tidaklah terlepas dari terkabulnya permohonan dan doa saya kepada yang Kuasa. Bukan saya sok religius , tetapi kekuatan sebuah doa mampu membuat saya kembali bersemangat setelah sebelumnya saya terpuruk ketika hambatan – hambatan dalam penelitian yang saya hadapi. Sebuah doa , juga dapat memberikan kita sebuah kekuatan , sebuah asa untuk terus berusaha mencapai tujuan. Usaha, kegigihan serta semangat adalah sia-sia tanpa doa didalamnya.
Sebuah proses yang cukup lama , 5 semester , akhirnya saya dapat menyelesaikan pendidikan saya. Apakah saya hebat ? tentu tidak ! tapi saya merasa beruntung karena dalam proses yang begitu lama , saya mendapatkan banyak pelajaran. Bahwa dalam hidup itu kita mesti berjuang dengan gigih , semangat dan tak lupa berdoa agar segala proses tidaklah menghalalkan segala cara tetapi tetap arif mengikuti kaidah dan nilai yang ada. Mengecap nilai – nilai penting dari sebuah kesusahan dan mencoba berbagi kepada siapa saja yang mungkin memiliki kesulitan yang sama.
(tulisan ini ditujukan buat seseorang , bukan untuk menghakimi, tapi untuk memberikan usul, bukan untuk meruntuhkan semangat tetapi untuk membangkitkan , bukan untuk berkata kamu malas , tetapi untuk mengingatkan agar berusaha lebih gigih dan ingin menyampaikan bahwa harapan itu selalu ada )
Ditulis dengan Semangat Paskah , mencoba berbagi apa yang saya punya kepada sesama. Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar